Kisah Suryo, Merintis Usaha Hingga Jatuh Cinta Pada Bulu Kelinci Halaman All - Kompas.com Peternakan Kelinci

Kisah Suryo, Merintis Usaha Hingga Jatuh Cinta Pada Bulu Kelinci Halaman All - Kompas.com Peternakan Kelinci

Kisah Suryo, Merintis Usaha hingga Jatuh Cinta pada Bulu Kelinci Halaman all - Kompas.com

Salam.., al-hamdulillah kita bisa berjumpa kembali disini, mudah-mudahan kita selamanya diberi kesehatan Oleh Allah swt. Kali ini akan dibahas tema terkait "peternakan kelinci, Kisah Suryo, Merintis Usaha hingga Jatuh Cinta pada Bulu Kelinci Halaman all - Kompas.com". yuk simak selengkapnya...

MAGETAN, KOMPAS.com  -  Kandang karil terlihat berbanjar rapi dan bersih di rumah Suryo (51)  warga Desa Bangsri, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Lebih dari 300 belakang kelinci  yang beliau pelihara ditempatkan ala kandang yang terbuat dari besi dengan alas kayu ala bagian bawahnya.

Awalnya, Suryo beternak mandung Bangkok. Namun, selama 3 warsa terakhir, Suryo mulai intensif membabarkan ternak kelinci.

"Saya memegang 300 belakang mandung bangkok, tapi jualnya per kilo dengan kadar Rp 70.000. Nilai ekonomisnya lebih tinggi kelinci,” ujar Suryo, Kamis (18/7/2019).

Merasa tak beruntung memelihara mandung Bangkok, Suryo memilih beternak kelinci. Pertimbangannya, di Magetan berjibun sekali pedagang sate karil yang membutuhkan pasokan daging kelinci.

Selain itu, karil juga menghasilkan jangat yang memegang bulu halus dan indah. Suryo tak mau ketingalan untuk memanfaatkan bulu karil sebagai barang bernilai ekonomis.

Baca juga: Kisah Yusuf Bangun Bisnis dari Modal Minus Rp 2 M, Ganti Strategi batas Omzet Ratusan Juta

1.000 belakang karil mati batas penghasilan Rp 16 Juta per bulan

Untuk bisa menjadi peternak karil yang sukses, Suryo berterus terang butuh waktu batas 2 warsa berlatih merawat kelinci. Sebelumnya, beliau berterus terang tidak paham sama sekali dengan jenis kelinci, kebiasaan makan, perawatan batas kondisi yang membuat karil rentan mati.

Selama 2 tahun, beliau berterus terang memendam lebih dari 1.000 belakang karil peliharaannya.

“Yang penting pelihara, tidak tahu jenisnya apa, makanannya apa, kalau ambruk harus bagaimana. Belajarnya dari nol,” kata Suryo.

Sejumlah peternak karil di Desa Tanjung Sari yang merupakan sentra peternakan karil di Kabupaten Magetan, sempat didatangi Suryo untuk ikut berlatih cara beternak kelinci.

Dinas Peternakan yang ada di Magetan juga tak luput menjadi kamus bagi pria alumnus sastra Inggris ala 1991 tersebut.

Berbekal informasi dari sejumah peternak dan internet membuat Suryo akhirnya berhasil membabarkan peternakan karil yang mampu menghasilkan daging dan bulu yang indah.

Ketersediaan makanan serta jenis pakan, menurut Suryo, amat sangat menetukan kemakbulan seseorang untuk beternak kelinci. Jika kebiasaan peternak karil di Magetan memberikan makanan daun ubi jalar dan sayuran, Suryo lebih memilih memberi makanan kelincinya dengan rumput  odot, sejenis rumput gajah.

Dengan rumput odot, kelincinya berkembang dengan apik dengan memegang daging dan bulu yang bagus, karena terpenuhi kebutuhan protein dan karbohidratnya.

“Kelinci yang apik harus memegang kandungan fiber serabut di atas 40 persen, protein di bawah 15 persen dan gemuk 1 persen. Komposisi seperti itu akan menghasilkan daging karil yang enak, banyak dan jangat yang dihasilkan akan berkualitas,” katanya.

Dalam setahun, karil yang dipelihara Suryo mampu beranak 4 kali dengan besaran anakan mencapai 3 batas 5 ekor. Dari 1 belakang kelinci, peternak bisa menyisihan 4 belakang karil untuk indukan, yang akan mulai berporduksi dari umur 7 bulan batas umur 2 tahun.  

“Sekarang bisa menjual 160 belakang per bulan dengan bobot 2,5 kilogram per ekor. Harga per kilo Rp 40.000. Sebulan bisa menghasilkan Rp 16 juta,” kata Suryo.

Baca juga: Cerita Adilta, Merintis Usaha di Balik Musik Cadas Kota Medan

Hasil kerajinan kasut dan tas dari sampah jangat karil yang mempunyai nilai jual tinggiSUKOCO Hasil kerajinan kasut dan tas dari sampah jangat karil yang mempunyai nilai jual tinggi

Pemanfaatan bulu kelinci

Selama ini, di Magetan, jangat karil hanya dibuang dan menjadi sampah setelah diambil dagingnya oleh para pedagang. Namun, bagi Suryo, jangat dan bulu karil menjadi bahan baku produksi untuk diolah kembali.

Kecintaan akan bulu karil mengingatkan Suryo ala aksesoris bulu karil yang dikenakan pramugari.

“Waktu ke Finlandia saya melihat pramugari disana menggunakan bungkus tempat tangan bulu, bulunya itu dari jangat kelinci,” kata Suryo.

Dari 4 pedagang kelinici kenalannya, Suryo berterus terang mampu mendapat 200 lembar jangat karil setiap hari. Padahal, di Kabuaten Magetan diperkirakan ada sekitar 40 pedagang karil yang melayani kebutuhan daging karil di Magetan dan sebanyak kota lainnya.

Agar sampah jangat karil tak tercampak percuma, Suryo berupaya berburu ilmu penyamakan jangat di Lingkngan Industri Kulit LIK Magetan. Sayangnya, meski LIK di Magetan sudah termasuk industri skala besar untuk penyamakan jangat sapi, LIK tidak memegang teknologi untuk penyamakan jangat kelinci.

Dari sebanyak pekerja di LIK, Suryo akhirnya mendapatkan nomor kontak salah satu dosen di Politeknik ATK Yogyakarta yang menuntunnya berlatih penyamakan jangat kelinci.

Setelah beberapa bulan mendapatkan ilmu tentang menyamak jangat kelinci, Suryo kemudian menggandeng sebanyak dosen Poltek ATK Yogyakarta untuk  menggelar pelatihan penyamakan dan pembuatan kerajinan  kulit karil bagi sebanyak penggiat UMKM.

Acara yang digelar di ruang pelatihan LIK Magetan dilaksanakan dari 15 -18  Juli 2019.

Warsito salah satu dosen dari Poltek ATK Yogyakarta yang menjadi guru pelatihan mengatakan, penyamakan jangat karil di luar kelas laboratorium selama ini belum pernah dilakukan di Indonesia. Menurutnya, nilai imbuh jangat karil sangat tinggi jika dijadikan kerajinan tangan.

“ Tas sebagai buatan karya seni dari 2 feet jangat karil bisa terjual 1,1 juta. Itu kadar standar,” ujar Warsito.

Sementara Entin Darmawati Dosen Program Studi Tekhnologi Penyamakan Kulit Poltek ATK Yogyakarta mengatakan, selain menggunakan teknik penyamakan, penguatan bulu jangat karil juga dibutuhkan penanganan pengembangbiakan karil dengan benar.

“Makanan itu mempengaruhi kualitas bulu, dengan formula tertentu saat proses, kita berikan zat yang bisa mengikat bulu tersebut. Hasilnya bulu tidak encer lepas,” katanya.

Sejumlah kerajinan tangan dari kasut bulu, dompet bulu dan tas bulu berhasil dibuat dalam pelatihan selama 4 hari tersebut. Suryo berterus terang masih akan melakukan pelatihan dengan melibatkan Poltek ATK Yogyakarta, agar Magetan bisa lebih membabarkan  produk berkualitas dari sampah jangat kelinci.

Dia berterus terang masih membutuhkan waktu juga agar pengrajin di Kabupaten Magetan bisa menghasilkan bungkus tempat tangan bulu dari jangat kelinci.

“ Kita perlu berlatih lagi. Dengan buatan pelatihan seperti sandal, dompet, dan tas dari jangat kelinci, setidaknya sudah meningkatkan nilai jual jangat karil dan tidal juga menjadi limbah,” cakap Suryo.

Sekian detil tentang "Kisah Suryo, Merintis Usaha hingga Jatuh Cinta pada Bulu Kelinci Halaman all - Kompas.com". mudah-mudahan tulisan ini berfaedah buat Kita semua. salam

Sumber artikel https://regional.kompas.com/read/2019/07/20/07000091/kisah-suryo-merintis-usaha-hingga-jatuh-cinta-pada-bulu-kelinci?page=all

Share this:

Disqus Comments